Category Archives: Japanese literature

Solomon’s Perjury

Saya menonton dua film (Jepang) Solomon’s Perjury sudah cukup lama, kemudian teringat kembali karena Korea ikut mengadaptasinya menjadi sebuah serial yang secara ogah-ogahan saya ikuti. Terus terang, saya sebetulnya kurang merasa ‘diajak’ oleh serial Korea-nya tidak seperti dua film Jepang-nya yang betul-betul menyedot kosentrasi saya, namun toh tetap saya ikuti juga serialnya hingga tamat.

Saya lebih tertarik membandingkan diantara keduanya.

Sebenarnya, membandingkan keduanya pun tidak lengkap karena saya belum pernah membaca kisah originalnya yang berupa novel karangan Miyuki Miyabe. Bahkan membaca novel Miyuki Miyabe pun belum pernah kecuali kalo karyanya yang berjudul The Devil’s Whisper yang baru saya baca sampai halaman 28 saat ini masuk hitungan sudah baca….menurut saya belum. Dan satu hal yang ada di pikiran saya saat membaca buku ini: Men, ini orang demen banget ngelemparin orang dari atap gedung!

Dalam adaptasi filmnya, kisah ini dipecah menjadi dua.

Solomon’s Perjury Part 1 : Suspicion
Ryōko Fujino/Go Seo-yeon

Ryōko Fujino/Go Seo-yeon

Kisah diawali dengan tibanya Ryoko Fujino di SMP tempatnya dulu bersekolah. Dia bukan datang untuk reuni, melainkan untuk mengawali harinya sebagai guru di sana. Diterima oleh Ibu Kepala sekolah, Ryoko langsung terlibat dengan percakapan mengenai masa lalu ketika dia bersekolah disana, dan kegemparan yang terjadi saat itu. Sang Ibu Kepala Sekolah sangat tertarik mengetahui bagaimana kisah tersebut dari sudut pandang Ryoko, maka kisah pun dimulai.

Continue reading →

Botchan karya Natsume Soseki 

Kata Botchan tidak dapat diterjemahkan karena berbagai nuansa yang terkandung di dalamnya. Pada dasarnya kata itu merupakan panggilan sopan untuk para anak laki-laki, terutama ketika mereka masih kanak-kanak, dari keluarga terpandang. Sapaan ini serupa dengan ‘tuan muda’, namun dengan nuansa kedekatan dan kasih sayang di dalamnya. Dalam beberapa kasus, kata ini juga bisa digunakan untuk merujuk kepada seseorang yang agak manja dan menuruti maunya sendiri.

Alan Turney.

Aku pada kisah ini tidak pernah disebutkan namanya selain hanya sebagai Botchan saja yang figurnya hampir merupakan representasi dari kata tersebut. Dia adalah putera kedua dari keluarga terhormat yang pada masa kecilnya dikenal sebagai seorang anak yang minta ampun badungnya. Dia digambarkan sebagai orang yang bersumbu pendek, sangat gampang tersulut emosi, namun perasa dan tidak segan mengorbankan dirinya sendiri demi orang lain.

Continue reading →

The Dead Returns Karya Akiyoshi Rikako

 

the-deadNovel (atau light novel?) karya penulis Jepang. Saya gak gitu familiar dengan novel-novel Jepang, taunya manga doang. Kecuali karya-karya Haruki Murakami, Asa Nonami, Tokyo Zodiac Murder itu, Manabu Kaminaga, novel-novel samurai Eiji Yoshikawa, Natsume Soseki, eh ternyata lumayan juga, hahah…

Komaya Nobuo dibunuh pada 2 September, malam setelah upacara pembukaan semester baru. Senja ketika ia menemukan sebuah pesan berwarna hijau di laci mejanya; seseorang memanggilnya untuk bertemu di Tebing Miura Kaishoku pada pukul tujuh. Nobuo berpikir, orang itu agaknya Yoshio, teman baiknya yang sama-sama otaku kereta api.

Tapi, siapa sangka, ketika ia sudah melompati pagar pembatas tebing. Seorang asing di belakangnya malah mendorong tubuhnya. Nobuo terempas jatuh. Sedikit banyak ia mengingat tentang seorang lain yang berusaha menolongnya dari atas tebing. Berteriak menanyai keadaannya. Alih-alih, tanah terjal itu rompal dan orang itu pun ikut terjungkal begitu saja.

Nah, si Nabuo ini ternyata gak mati. Dia bangun lagi di tubuh Takahashi, cowok yang mau ditolongnya itu. Dimulailah kisah si Nabuo ini kembali ke sekolahnya untuk mencari tahu siapa yang sudah membunuhnya itu

Ceritanya cukup ringan, remaja banget. Pas baca, saya beneran ngerasa kalo saya lagi baca komik dan bukan novel. Cara penggambaran tokonya pun sama persis ala-ala komik remaja. Bintang tiga!

The Hunter, The Howling

856271Semakin dalam luka itu, semakin lama sembuhnya. Rasa takut terhadap penyembuhan hanya semakin memperdalam luka itu

Apa sih yang bikin sebuah pembunuhan dikatakan pembunuhan yang sempurna? Dalam salah satu dokumenter BBC dinyatakan bahwa pembunuhan dikatakan pembunuhan yang sempurna jika tidak terdeteksi bahwa itu pembunuhan.

Membunuh itu gampang, kata salah satu tokoh di bukunya Agatha Christie. Selama tidak ada yang sadar bahwa itu pembunuhan.

Pembunuhan di novel ini sih tidak sempurna. Tapi bisa jadi. Seandainya tidak ada masalah sejak awalnya.

Bagaimana jika seorang detektif perempuan pembenci laki-laki, dipartnerkan dengan detektif laki-laki yang yang membenci perempuan? Ngng..menarik, tapi, bagi saya, pembaca, jadi beresiko. Khawatir kalo-kalo ini kisah berubah jadi kisah cinta. Dan saya sungguh tidak akan menyukainya.

Dan untungnya, itu tidak terjadi… hehe, spoiler!

Okeh, kisah ini di buka pada sebuah restoran keluarga. Malam itu, seorang pelanggan datang. Beberapa saat kemudian, tubuhnya terbakar hebat. Semburan besar api naik sampai ke langit-langit yang bersumber dari badannya. Semua orang panik. Restoran itu terbakar habis. Satu orang, orang yang ‘meledak’ itu, tewas di tempat. Satu orang lagi terluka. Malam itu juga, polisi sudah menyimpulkan bahwa kebakaran itu bukan kecelakaan, melainkan pembunuhan.

Hasil otopsi menyatakan bahwa selain laki-laki tersebut mati karena dibakar, terdapat pula luka-luka gigitan, semacam, serigala pada kakinya. Beberapa saat kemudian terjadi serentetan kematian yang diakibatkan gigitan hewan buas yang sama yang kali ini tidak lagi menyerang kaki, melainkan langsung menghujamkan taringnya ke leher dan tengkorak korban-korbannya. Continue reading →

Death Note

If you can’t solve the puzzle, if you can’t win the game, then you’re just a looser

Saya ‘menemukan’ seri Death Note awalnya gara-gara salah sangka yang dikirain itu film Death Notice yang, sebaca dari review, cerita tentang negara Jepang yang merasa udah kelebihan penduduk. Jadi pemerintah memberikan semacam vaksinasi yang sesungguhnya mereka menanamkan suatu alat yang akan menghentikan kerja jantung saat diperlukan. Nah, duapuluh empat jam sebelum jantung seseorang dihentikan, pemerintah memberikan pemberitahuan untuk itu. Jadi kisah bergulir mengenai apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang ini untuk menghabiskan duaapuluh empat jam terakhir dalam hidupnya. Continue reading →

Battle Royale vs Hunger Games

Judul diatas itu tagline-nya Battle Royale. SPOILER ALERT!

Life is a game. So fight for survival and see if you’re worth it (Teacher Kitano)

Dari dulu juga saya udah merasa males untuk baca dan apalagi nonton The Hunger Games. Mungkin karena udah kebawa-bawa temen-nonton yang bawaannya sakit hati mulu kalo ngomongin The Hunger Games. Maklum, dia penggemar fanatik Battle Royale, sih. Dan emang juga kalau secara sekilas, dua kisah ini jadi kayak mirip banget. Eniwey, setelah bluray-nya rilis juga, maka saya pun, akhirnya nonton pula The Hunger Games dan…sepakat dengan teman-nonton itu, hehe.. Bagusan Battle Royale kemana-mana!

Yah, mungkin ini hanya masalah yang mana sampai duluan kepada kita. Sebuah film adaptasi novel, jika kita baca novelnya duluan, kita cenderung akan lebih menyukai novelnya atau begitu pula sebaliknya. Juga sebuah film yang remake. Kayaknya jaraaaang banget kalo kita malah cenderung menyukai versi yang belakangannya kita tahu. Contohnya seperti Millenium Trilogy yang setelah baca novelnya, saya memutuskan untuk lebih suka film-nya yang versi Swedia (Versi swedia, ya. Bukan yang versi Hollywood). Tapi tidak selalu pasti seperti itu juga, sih. Contohnya Freaky Friday yang saya menonton versi modernnya duluan ternyata malah jauh lebih suka yang versi jadulnya tahun 1976 yang menurut saya jauh lebih bikin ngakak (dan bikin saya jadi nge-fans sama Jodie Foster). Gak ngerti dah kenapa musti di remake dan hasilnya kayak gituh! Atau ada pula beberapa kisah yang ternyata saya justru suka kedua-duanya terlepas apakah memang kisahnya di beneran sama persis dengan bukunya atau tidak seperti Silance of The Lamb, Lord of The Rings trilogy, dan How To Train Your Dragon. Continue reading →